Apakah Anda masih mengingat
siapakah Ki Hajar Dewantara? Kapankah beliau lahir? Apa kontribusi terbesarnya
bagi bangsa Indonesia? Jika Anda bisa menjawab dengan benar tanpa browsing
lewat Google, maka saya acungi jempol. Anda masih orang Indonesia sejati.
Pertanyaan sesi kedua. Kapankah Hari Pendidikan Nasional diperingati? Siapakah
Bapak Pendidikan I, Indonesia? Anda juga bisa menjawabnya dengan tepat? Two
thumbs up for you. Dua jempol untuk Anda. Anda bisa menjadi panutan
generasi muda. Sekarang silakan Anda tanyakan pertanyaan-pertanyaan ini pada
anak-anak dan para remaja yang Anda temui. Bisakah mereka menjawab dengan
benar? Mungkin ada beberapa yang bisa menjawab dengan sempurna. Dan saya yakin
yang bisa menjawab adalah anak-anak SD kelas 6 yang akan mengikuti UASBN
sebentar lagi. Yang lain? Saya tidak begitu yakin.
Ya, sudah menjadi fenomena yang
bisa kita temui di sekitar kita mengenai keengganan para generasi muda untuk
mengidolakan para pahlawannya. Para generasi muda terutama remaja, lebih
mengenal SuJu atau Sooyoung, para artis Korea, luar dalam, dari ujung kaki
sampai ujung rambut. Atau kisah si Boy, salah satu tokoh dalam sinetron Anak
Jalanan, secara detil. Bahkan tidak mau terlewat satu episode pun. Kisah hidup
dan perjuangan Ki Hajar Dewantara? Baru dibaca dan dihafalkan kalau mau ulangan
saja. Mereka merasa tidak keren jika mengidolakan Ki Hajar Dewantara. Padahal
kalau kita lihat sepak terjangnya dalam mengkritisi Pemerintah Hindia Belanda,
dan kegigihannya untuk membuat sebuah sekolah yang terbuka bagi semua kalangan,
yaitu Taman Siswa, jauh lebih keren daripada para selebritis yang hanya mengandalkan
ketampanan dan kemolekan tubuhnya itu.
Dengan mengidolakan para
selebritis itu, secara tidak langsung mereka akan juga meniru segala tingkah
laku dan gaya hidup glamor mereka. Kita bisa lihat gaya rambut dan pakaian ala
Korea yang menjadi trend saat
ini, model celana pendek para gadis remaja yang jauh di atas lutut, dan motor
balap berbagai merk yang sedang menjamur. Manfaat apa yang bisa didapatkan dari
hal-hal tersebut? Tidak ada. Justru hidup glamor dan gaya ngartis yang
nampak dan tentu saja ujung-ujungnya mengarah pada perilaku konsumtif.
Kira-kira bagaimana masa depan bangsa kita di tangan mereka?
Tentu saja, kita para orang
tualah yang paling bertanggung jawab akan masa depan bangsa ini. Maka
siapkanlah para generasi muda kita dengan sebaik-baiknya. Tentunya dengan
memberikan teladan yang baik bagi mereka. Bahkan kalau perlu kita bisa menjadi idola
mereka. Kemudian kenalkanlah tokoh-tokoh yang bisa menjadi teladan, seperti Ki
Hajar Dewantara, R.A Kartini, Ahmad Dahlan, B.J. Habibie, Jenderal Sudirman,
dan banyak lagi. Hal ini sejalan dengan prinsip pengajaran Ki Hajar Dewantara
yaitu Ing Ngarso Sung Tulodho, di depan memberi contoh atau teladan. Terapkan
Ing Madyo Mangun Karso (Di tengah memberi semangat/ motivasi) dengan
memberi anak-anak kita motivasi untuk giat menuntut ilmu, mengasah kemampuan,
dan menghasilkan karya yang positif. Dan saat mereka sudah memiliki bekal yang
cukup, Tut Wuri Handayani (Di belakang memberi dukungan) adalah prinsip
yang sesuai. Berilah dukungan bagi mereka untuk berkarya dan memberi manfaat
bagi masyarakat, bangsa dan negara. Dan semua itu bisa kita lakukan dengan
selalu meng-update ilmu-ilmu kita dan saling berbagi pengalaman di
komunitas orang tua. Sudah siapkah Anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar