Jumat, 29 April 2016

Ki Hajar Dewantara, Sejarah yang Terlupakan

Apakah Anda masih mengingat siapakah Ki Hajar Dewantara? Kapankah beliau lahir? Apa kontribusi terbesarnya bagi bangsa Indonesia? Jika Anda bisa menjawab dengan benar tanpa browsing lewat Google, maka saya acungi jempol. Anda masih orang Indonesia sejati. Pertanyaan sesi kedua. Kapankah Hari Pendidikan Nasional diperingati? Siapakah Bapak Pendidikan I, Indonesia? Anda juga bisa menjawabnya dengan tepat? Two thumbs up for you. Dua jempol untuk Anda. Anda bisa menjadi panutan generasi muda. Sekarang silakan Anda tanyakan pertanyaan-pertanyaan ini pada anak-anak dan para remaja yang Anda temui. Bisakah mereka menjawab dengan benar? Mungkin ada beberapa yang bisa menjawab dengan sempurna. Dan saya yakin yang bisa menjawab adalah anak-anak SD kelas 6 yang akan mengikuti UASBN sebentar lagi. Yang lain? Saya tidak begitu yakin.
Ya, sudah menjadi fenomena yang bisa kita temui di sekitar kita mengenai keengganan para generasi muda untuk mengidolakan para pahlawannya. Para generasi muda terutama remaja, lebih mengenal SuJu atau Sooyoung, para artis Korea, luar dalam, dari ujung kaki sampai ujung rambut. Atau kisah si Boy, salah satu tokoh dalam sinetron Anak Jalanan, secara detil. Bahkan tidak mau terlewat satu episode pun. Kisah hidup dan perjuangan Ki Hajar Dewantara? Baru dibaca dan dihafalkan kalau mau ulangan saja. Mereka merasa tidak keren jika mengidolakan Ki Hajar Dewantara. Padahal kalau kita lihat sepak terjangnya dalam mengkritisi Pemerintah Hindia Belanda, dan kegigihannya untuk membuat sebuah sekolah yang terbuka bagi semua kalangan, yaitu Taman Siswa, jauh lebih keren daripada para selebritis yang hanya mengandalkan ketampanan dan kemolekan tubuhnya itu.
Dengan mengidolakan para selebritis itu, secara tidak langsung mereka akan juga meniru segala tingkah laku dan gaya hidup glamor mereka. Kita bisa lihat gaya rambut dan pakaian ala Korea yang menjadi  trend saat ini, model celana pendek para gadis remaja yang jauh di atas lutut, dan motor balap berbagai merk yang sedang menjamur. Manfaat apa yang bisa didapatkan dari hal-hal tersebut? Tidak ada. Justru hidup glamor dan gaya ngartis yang nampak dan tentu saja ujung-ujungnya mengarah pada perilaku konsumtif. Kira-kira bagaimana masa depan bangsa kita di tangan mereka?
Tentu saja, kita para orang tualah yang paling bertanggung jawab akan masa depan bangsa ini. Maka siapkanlah para generasi muda kita dengan sebaik-baiknya. Tentunya dengan memberikan teladan yang baik bagi mereka. Bahkan kalau perlu kita bisa menjadi idola mereka. Kemudian kenalkanlah tokoh-tokoh yang bisa menjadi teladan, seperti Ki Hajar Dewantara, R.A Kartini, Ahmad Dahlan, B.J. Habibie, Jenderal Sudirman, dan banyak lagi. Hal ini sejalan dengan prinsip pengajaran Ki Hajar Dewantara yaitu Ing Ngarso Sung Tulodho, di depan memberi contoh atau teladan. Terapkan Ing Madyo Mangun Karso (Di tengah memberi semangat/ motivasi) dengan memberi anak-anak kita motivasi untuk giat menuntut ilmu, mengasah kemampuan, dan menghasilkan karya yang positif. Dan saat mereka sudah memiliki bekal yang cukup, Tut Wuri Handayani (Di belakang memberi dukungan) adalah prinsip yang sesuai. Berilah dukungan bagi mereka untuk berkarya dan memberi manfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara. Dan semua itu bisa kita lakukan dengan selalu meng-update ilmu-ilmu kita dan saling berbagi pengalaman di komunitas orang tua. Sudah siapkah Anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar