Minggu, 08 Januari 2017

3 Cara Menekan Biaya Hidup Tinggi


Di tengah biaya hidup yang semakin meroket, kita membutuhkan solusi untuk mengatasinya. Hidup semurah mungkin merupakan salah satu cara untuk menekan tingginya biaya hidup dengan menghemat pengeluaran. Permasalahannya, seberapa murah kita bisa hidup? Apa harus berpakaian sangat sederhana, makan sedikit, tinggal di gubuk tanpa listrik? Kalau seperti itu namanya menyiksa diri. Tiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda. Intinya hiduplah sesuai kebutuhan, dan jangan berlebihan. Mau tahu lebih lanjut? Simak yang berikut ini.

Pada dasarnya biaya hidup utama kita adalah biaya yang dikeluarkan supaya kita bisa tetap HIDUP LAYAK dan SEHAT. Yang kedua, yang membuat biaya hidup tinggi sebenarnya adalah gaya hidup dan rasa tidak puas yang berlebihan dan tidak pada tempatnya. Ketiga, kebutuhan hidup bisa dipenuhi tanpa uang atau tidak dengan uang kita sendiri. Jika kita bisa menyiasati ketiga hal ini, maka kita bisa hidup semurah mungkin, malah bahkan tanpa biaya. Yang dibutuhkan hanyalah sedikit usaha dam kreativitas.

Hidup Layak dan Hidup Sehat

Orang seringkali salah kaprah dengan hidup murah. Seringkali mereka beranggapan hidup murah adalah dengan mengurangi semua kelayakan hidup, seperti membeli baju yang harganya paling murah, makan mie instan, mengurangi jatah makan dari 3 kali menjadi sekali, atau lebih parahnya hidup menumpang pada orang lain, atau pada orang tua, minta gratisan, dan sebagainya. Ini namanya hidup murah yang tidak layak, yang justru malah membuat biaya hidup menjadi lebih besar, atau malah menjadi beban orang lain.

Perkecil pengeluaran dengan membeli barang yang berkualitas baik dan tahan lama. Membeli barang murah yang cepat rusak justru membuat kita harus membeli berulang kali, yang tentunya menambah pengeluaran. Perkecil biaya perawatan kesehatan dengan makan makanan yang sehat. Makanlah sesuai kebutuhan tubuh dan kaya gizi. Makanlah saat lapar dan berhentilah sebelum kenyang. Kunyah makanan dengan baik. Hidup layak dan sehat justru akan memperkecil biaya hidup kita.

Selalu Mensyukuri yang Kita Miliki

Biaya hidup tinggi seringkali muncul untuk memenuhi kebutuhan akan gaya hidup atau ketidakpuasan yang berlebihan. Fenomena ini bisa kita lihat dari gaya hidup masyarakat Indonesia saat ini yang berlomba-lomba membeli kendaraan, handphone, dan pakaian dengan tipe atau model terbaru, atau yang lagi nge-trend saat ini. Hal ini merupakan tindakan pemborosan. Salah satu dampak yang nyata terlihat adalah semakin penuhnya jalan oleh kendaraan yang terus bertambah.

Belilah barang yang sesuai dengan kebutuhan kita. Jika masih bisa bersepeda, kenapa harus membeli sepeda motor? Jika bersepeda motor sudah cukup, kenapa harus membeli mobil? Jika kebutuhan kita hanya telpon dan SMS, kenapa harus membeli smartphone model terbaru? Dengan menghindari membeli dan memiliki barang-barang yang tidak kita butuhkan, kita akan menghemat biaya perawatan dan juga pajak. Apalagi jika untuk membelinya kita harus berhutang pada bank atau kartu kredit. Syukurilah apa yang sudah kita miliki dan jangan tergoda dengan apa yang tidak kita miliki.

Memaksimalkan Sumber Daya

Penduduk desa umumnya mengeluarkan biaya yang sangat minim untuk memenuhi kebutuhan makannya. Mereka tidak perlu membeli beras, cabai, bumbu dapur, bahkan lauk pauk, karena semua sudah tersedia di halaman dan sawah atau ladang mereka. Untuk memasak pun tak perlu kompor gas, cukup tungku dan kayunya. Kita pun bisa menyediakan sendiri kebutuhan pokok kita seperti sayuran, bumbu, cabai dan sebagainya dengan menanamnya di halaman rumah kita secara langsung, atau melalui sistem hidroponik. Untuk lauk-pauk, kita bisa memelihara ikan untuk dagingnya dan ayam untuk daging dan telurnya,  membuat tempe sendiri, dan sebagainya. Tentunya hal ini bisa menghemat pengeluaran kita untuk membeli bahan makanan yang harganya seringkali naik.

Jika kita bisa kreatif dan mau repot, sampah pun bisa menjadi sumber yang menghasilkan uang. Sampah organik bisa kita jadikan pupuk kompos, dan sampah non organik seperti botol, kertas dan barang bekas lain, bisa kita jual ke pengepul.

Memaksimalkan sumber daya juga bisa kita terapkan dalam hal pembiayaan. Untuk mengurangi biaya perawatan, kita bisa menyewakan mobil, rumah atau lahan yang kita miliki. Jika kita punya bisnis, tentunya dengan perhitungan yang tepat, aset pribadi kita bisa dijadikan aset perusahaan , sehingga pembiayaan untuk perawatannya pun dapat dibebankan pada perusahaan. Jika kita menjadikan rumah sebagai tempat bisnis, maka perusahaan harus membayar biaya sewanya. Jika kendaraan pribadi kita menjadi aset perusahaan, maka perusahaan harus membiayai perawatannya dan pajaknya. Kita juga bisa menggunakan produk perusahaan yang masuk kriteria cacat produksi atau stok lama. Masih banyak lagi cara yang bisa kita pakai untuk membuat pengeluaran kita menjadi pengeluaran perusahaan. Tapi tentunya harus sesuai dengan aturan bisnis dan prinsip ekonomi,  serta perhitungan yang matang.

Pengelolaan atas ketiga hal tersebut dapat mengurangi beban pengeluaran rumah tangga secara signifikan. Pengelolaannnya bisa disesuaikan karena kebutuhan dan sumber daya yang dimiliki tiap orang berbeda. Kita hanya harus sedikit kreatif untuk menyiasatinya, sehingga kita bisa hidup dengan biaya semurah mungkin, dan mulai mengalokasikan sisa uang yang tak terpakai untuk hal-hal yang lebih produktif.

#ODOPfor99days
#Week2
#Post2

2 komentar:

  1. hmmmm saya banget nih teh, lagi seringnya tuh pengeluaran kok lebih banyak dari pemasukan, hiks hiks suka sedih. thanks teteh saya mau mencoba lebih medahulukan kebutuhan daripada keinginan nih. semoga bisa heheh salam kenal yaa teh, saya new bloger nih hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal mbak Aulia. Terima kasih sudah berkunjung.
      Menahan keinginan untuk membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan memang berat. Karena kita, kaum hawa adalah target utama pemasaran. Tetap semangat. Kita pasti bisa.

      Hapus