Sabtu, 31 Desember 2016

Perayaan Tahun Baru, Budaya yang Mendunia

Sejak lepas matahari terbenam di malam tanggal 31 Desember, hampir separuh penduduk bumi mengadakan perayaan untuk menyambut datangnya tahun baru. Hampir semua negara di dunia membuat acara penghitungan mundur di 10 detik terakhir di penghujung tahun dan melampiaskan kegembiraan saat dua buah jarum jam bertumpu tepat di angka 12. Perayaan ini bahkan menjadi ritual tahunan wajib. Seolah-olah tahun tak akan berganti jika tidak ada perayaan. Kita, penduduk Indonesia pun ikut membuat perayaan tahun baru yang semakin lama semakin meriah. Penduduk di kota metropolitan yang megah hingga ke pelosok desa yang kumuh ikut merayakan pergantian tahun ini. Namun adakah yang pernah benar-benar mempertanyakan pada diri sendiri kenapa semua orang harus merayakan Tahun Baru dan kenapa awal tahun baru harus 1 Januari?

Dari hasil kajian pustaka pada sumber internet lumayan terpercaya, Wikipedia, dan beberapa website dan blog, dapat diambil kesimpulan bahwa 1 Januari adalah tanggal pertama dari permulaan tahun yang berdasarkan kalender Gregorian. Penetapan penggunaan kalender berawal dari masa pemerintahan Julius Caesar. Awal tahun, Januari, berasal dari kata Janus yang merupakan nama dewa Romawi dengan dua kepala. Kepala yang satu menghadap masa depan dan kepala yang lain menghadap masa lalu. Perayaan pergantian tahun ini merupakan salah satu pemujaan pada dewa Janus yang menguasai dua masa, masa lalu dan masa depan.

Perayaan tahun baru pada 1 Januari pernah dilarang oleh gereja, karena tidak sesuai dengan ajaran Kristen. Sebagai penggantinya, umat Kristen merayakan pergantian tahunnya pada 25 Desember. Kemudian kalender dengan awal tahun 1 Januari yang telah disempurnakan ditetapkan penggunaannya kembali oleh pemimpin umat Katolik, Paus Gregory XIII pada Oktober 1582 sehingga kalender ini disebut juga Kalender Gregorian. Umat Kristiani juga menganggap bahwa 1 Januari merupakan hari Yesus dikhitan.

Tiap agama dan kepercayaan memiliki perayaan tahun barunya sendiri. Konghucu dengan tahun baru Imleknya, Hindu Bali dengan hari raya Nyepi, umat Islam dengan 1 Muharram. Beberapa wilayah di Eropa merayakan juga pergantian tahunnya pada tanggal-tanggal yang berbeda. Perayaan pergantian tahun mereka juga dilakukan dengan melakukan ritual-ritual ibadah seperti menyalakan api dengan mengelilinginya sambil menari dan berteriak bagi orang Majusi, meniup terompet bagi orang Yahudi, dan beberapa dengan melakukan berbagai macam kegiatan perayaan dan makan-makan.

Perayaan pergantian tahun di 31 Desember dan 1 Januari juga hadir dengan ritualnya sendiri. Tiupan terompet, peluncuran kembang api, dan berbagai macam perayaan menjelang pergantian tahun serta penetapan resolusi apa yang ingin dicapai di tahun baru. Membuat resolusi ini pun merupakan warisan dari bangsa Mesopotamia, yang melakukan kebiasaan untuk mengucapkan permohonan atau keinginan yang ingin dicapai di tahun yang baru.

Dengan latar belakang agama dan kultur berbagai bangsa di dunia yang beraneka ragam, perayaan pergantian tahun baru 1 Januari cukup berhasil menjadi budaya dunia. Hampir semua orang sepakat bahwa tahun baru dimulai tanggal 1 Januari dan harus dirayakan, di samping hari raya mereka sendiri. Nah, jika ditanya kenapa Anda harus merayakan tahun baru dan kenapa harus 1 Januari, apa jawaban Anda?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar